"Ayo silakan masuk. Rumah Ibu adanya hanya begini. Silakan duduk di manapun boleh. Pokoknya cari tempat yang nyaman. Ibu tidak menyangka tamunya sebanyak ini. Desak-desakan tidak apa-apa, ya?" sambut wanita berbalut baju panjang riang.
Gantong usai diguyur hujan deras siang itu. Rintik-rintik sisa hujan masih menyambut gembira kedatangan kami. Udara dingin menembus dinding rumah sederhana berhalaman luas. Baju basah karena jogging di stasiun dini hari menguap bersama udara dingin yang berhembus. Kelelahan karena packing marathon dan berbagai hal kecil lain luntur saat menatap wajah bijaksana berbalut kerudung kuning. Iya, Belitong kali ini terasa begitu istimewa. Mata saya menelusuri deretan penghargaan dan foto di dinding ruang tamu. Ada rasa damai dan haru menelisip.
Bu Muslimah dan sederet penghargaan |
Siang itu saya berjumpa Bu Muslimah
Bu Muslimah Hafsari |
Siapa yang tidak tahu Bu Muslimah? Sosok paling menyita perhatian di novel dan film Laskar Pelangi. Bersama Ikal, Lintang, Syahdan, Mahar, Trapani, Sahara, Harun, Borek, Kucai, A Kiong, sosok itu telah menjelma menjadi seorang bidadari bagi murid mereka. Kisah perjuangan beliau demi pendidikan sangat luar biasa. Semenjak membaca novel dan menonton filmnya, saya dihantui rasa penasaran. Benarkah sosok tersebut seperti yang digambarkan Andrea Hirata? Saya kerap terharu kala membaca novelnya. Saya selalu mewek saat menonton filmnya.
Kali ini saya berkesempatan langsung bertemu di rumah beliau. Bukan di tempat lain seperti kebanyakan orang. Menurut Bu Muslimah, para tamu lebih sering bertemu di Museum Kata Andrea Hirata. Sayang saat kami tiba di Belitong, museum tersebut memasuki masa renovasi. Agenda mengunjungi museum otomatis tercoret. Tapi rejeki lain kami malah bisa menginjakkan kaki di rumah Bu Muslimah. Leyeh-leyeh sambil mendengar cerita beliau.
Anak-anak Laskar Pelangi |
Saya mencubit lengan. Sakit. Berarti saya tak bermimpi. Ini nyata. Saya bertemu dengan sosok idola. Entah kenapa saya bisa anteng dan nggak norak kayak kalau ketemu sosok idola lain. Serius saya bisa tahan nggak ngajakin foto bareng di awal. Ada sih di akhir wefie gitu. Hahaha. Tapi di awal saya benar-benar tersihir. Aura semangat dan keibuan menguar ke seisi ruangan. Seketika membuat wajah anak-anak berseragam putih merah berkelebat dalam benak. Ada rindu mendalam di ulu hati.
"Ibu tidak menyangka bisa bertemu dengan kalian. Semua ini kerjaan anak murid yang nakal itu. Hingga Ibu bisa seperti sekarang ini," ujar Bu Muslimah.
Senyum riang menghiasi paras ayu beliau. Tergambar jelas bagaimana rasa bangga beliau terhadap sosok anak murid yang nakal itu. Berkat sosok nakal alias Andrea Hirata, kini sederet penghargaan dan undangan dari berbagai tempat datang menghampiri Bu Muslimah. Ibu Guru yang digambarkan miskin sampai harus menggunakan beras untuk dijadikan bedak, kini telah menuai apa yang beliau tanam. Anak didiknya telah sukses menggapai mimpi-mimpi yang mereka bangun. Bu Muslimah tidak hanya menjadi tauladan bagi anak-anak Laskar Pelangi, beliau juga kompas oleh guru-guru di penjuru negeri.
Bu Muslimah dan para fans berat beliau :) |
Dalam hati saya membatin, rupanya begini rasa bangga seorang guru kala anak didik sukses. Apalagi saat anak didik tak lupa pada gurunya. Andrea Hirata tidak hanya sukses untuk dirinya sendiri. Kesuksesan itu juga dia persembahkan untuk ibu guru tercinta dan kampung halaman. Saya merasa tertampar siang itu. Mengingat kembali berapa lama saya tidak berkomunikasi dan sowan dengan guru-guru. Gusti, paringono ngapunten :(
Bu Muslimah dan Novel Laskar Pelangi
Andrea Hirata melahirkan novel Laskar Pelangi pada tahun 2007. Novel yang telah diterjemahkan oleh 20 negara ini memang dipersembahkan untuk ibu guru tercinta. Anak Bu Muslimah sempat marah karena sang ibu disebut-sebut sangat miskin sekali di novel. Bu Muslimah tidak menyangka kejadian berpuluh tahun silam telah menjadi inspirasi Andrea dan bisa dibagikan kepada khalayak. Tak pernah terbersit sebelumnya jika beliau menjadi sosok istimewa bagi Andrea.
Replika SD Laskar Pelangi |
Kondisi dalam replika |
Jika replika ini jauh lebih baik, lalu bagaimana kondisi SD Muhammadiyah Gantong sesungguhnya? Membayangkan saja saya sudah miris. Replika ini membanting saya ke dasar jurang keras-keras. Menyentil saya untuk tak berhenti bersyukur. Di penjuru negeri ini masih banyak anak-anak yang kurang beruntung untuk mencicipi bangku sekolah. Duh, saya beneran nyesek menuliskan ini.
Di depan replika SD Muhammadiyah Gantong |
Sederet penghargaan untuk Bu Muslimah
Salah satu penghargaan dari Presiden RI |
Saat memasuki rumah beliau, mata saya tertarik melihat lebih jelas deretan penghargaan dan foto. Jiwa kepo saya membuncah saat mendengar sejumlah penghargaan yang diterima. Bu Muslimah bercerita bahwa beliau pernah mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berupa Satya Lencana Pembangunan dan Satya Lencana Pendidikan pada tahun 2008. Masih ada Aisyiyah Award, Mendiknas, Metro TV, PP Aisyah, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan sederet pemberi penghargaan lainnya.
"Ibu sering bilang ke guru-guru lain. Penghargaan ini untuk semua guru, bukan Ibu saja. Hanya saja kebetulan tempatnya di rumah Ibu," ujar beliau merendah saat menjelaskan satu demi per satu deretan penghargaan di dinding.
Nonton bareng dengan pemeran Laskar Pelangi dan Presiden SBY |
Bu Muslimah juga sering diundang untuk mengisi ceramah di luar daerah. Yogyakarta, Jakarta, Bogor, Palembang, Surabaya telah merasakan atmosfer ketulusan ibu guru sederhana ini. Masih ada Kalimantan dan Papua yang menanti. Tetapi Andrea melarang karena jarak yang sangat jauh. Bu Muslimah sendiri sadar bahwa beliau tidak sekuat dulu untuk bepergian jauh. Semenjak sering mengisi ceramah, Bu Muslimah bisa berjumpa dengan para petinggi negeri ini, seperti Presiden RI dan Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini. Bahkan beliau telah diundang oleh Bu Risma hingga dua kali ke Surabaya untuk memotivasi para guru di sana. Rejeki Bu Muslimah tak cukup sampai di sana. Beliau juga pernah diumrohkan hingga dua kali oleh pembaca novel Laskar Pelangi.
Bu Muslimah, sumber inspirasi guru Indonesia
Empat puluh satu tahun Bu Muslimah mengabdikan dirinya menjadi guru. SDN 6 Gantong menjadi sekolah terakhir tempat beliau mengabdi. Sejak memasuki masa pensiun pada tahun 2012, Bu Muslimah aktif mengisi ceramah pendidikan di luar kota. Selain itu beliau juga memberi les untuk anak-anak di sekitar rumah. Darah pendidik memang mengalir deras pada ibu tiga anak ini. SD Muhammadiyah Gantong juga lahir karena tangan dingin sang kakek.
Bu Muslimah dan sederet penghargaannya |
"Mendidik adalah panggilan jiwa. Saat menjadi guru jangan pernah membedakan murid. Baik mereka yang berkebutuhan khusus maupun normal. Semua anak harus dianggap sama. Ajarkan mereka untuk saling menghargai satu sama lain," tandas Bu Mus dengan penuh penekanan.
Pernyataan ini mengingatkan saya pada sosok Harun di novel Laskar Pelangi. Harun memang "berbeda" dengan teman-temannya. Dialah yang menggenapi murid di SD Muhammadiyah Gantong hingga tidak jadi ditutup. Awalnya anak-anak lain kurang bisa menerima. Tetapi cermatilah bagaimana Bu Mus mampu merekatkan mereka. Hingga mereka bisa belajar, bermain dan bersahabat tanpa mempedulikan kondisi fisik.
Bagi Bu Muslimah menjadi guru merupakan satu ladang amal jariyah. Pahalanya akan terus mengalir hingga akhir hayat. Wanita pemilik nama lengkap Muslimah Hafsari lahir pada 27 Februari 1952. Putri keempat dari pasangan KA Abdul Hamid dan Salma Syarif ini menikah dengan pegawai PN Timah, Hazali Ali dan memiliki tiga anak. Kakek dan bapak Bu Muslimah sendiri adalah pendidik. Maka tak usah heran jika beliau begitu tulus dalam mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan.
Bu Muslimah lagi menulis pesan di novel Mbak Dian |
Usia Bu Muslimah memang tak lagi muda. Tetapi aura semangat dan ketulusan untuk pendidikan negeri ini telah menguar hingga berbagai daerah. Semoga apa yang disampaikan Bu Mus di ceramah pendidikan membawa secercah harapan. Negeri ini masih butuh pendidik seperti Bu Muslimah. Sosok-sosok manusia berhati tulus yang bisa mengolah anak-anak menjadi intan kebanggaan bangsa.
Selain memberi ceramah pendidikan dan les untuk anak-anak sekitar, Andrea meminta Bu Muslimah menjadi pedamping wisatawan di Museum Kata miliknya. Bagi Bu Muslimah museum ini tidak untuk pamer. Museum ini lebih menekankan bagaimana anak-anak tetap belajar dan berusaha ditengah keterbatasan. Andrea Hirata memang telah melegenda hingga ke luar negeri, tetapi kesederhanaannya patut diacungi jempol. Dia tidak pernah lupa dari mana asalnya. Dia juga tidak pernah lupa siapa yang telah mendidiknya hingga menjadi seperti sekarang. Melalui novelnya, Andrea Hirata telah mampu mengangkat pariwisata Belitong. Hingga otomatis berpengaruh pada perekonomian masyarakat. Aroma Laskar Pelangi telah menyihir para wisatawan berbondong-bondong bertandang ke Belitong.
Sebagian penghargaan Bu Muslimah |
"Bu Mus, terima kasih waktunya. Sehat-sehat dan tetap menginspirasi ya, Bu. Semoga saya berkesempatan berkunjung ke rumah ini lagi," saya berpamitan dan memeluk Bu Mus erat.
Rombongan kami harus melanjutkan perjalanan. Jam sudah menunjukkan lebih dari pukul satu siang. Perut keroncongan kami harus segera diisi. Perasaan bahagia memenuhi relung hati. Awal Mei menjadi satu tanggal paling membahagiakan. Saya tersenyum saat mengingat keisengan dengan melemparkan satu pernyataan di grup whatsapp trip Belitong ini.
"Pengen ketemu Bu Mus eeeuyyyy. Pengen foto bareng beliau"
Celetukan iseng itu terwujud berkat campur tangan dari Visca Tour. Agen perjalanan yang membawa kami hingga tiga hari ke depan. Sungguh tanpa bantuannya saya tak mungkin bisa bertatap muka dan mendengar cerita dari Bu Muslimah langsung. Terima kasih, Visca Tour :)
Rintik hujan masih mewarnai perjalanan kami selanjutnya. Entah kenapa hati saya begitu tenang usai berjumpa dengan Bu Muslimah. Ada semangat baru dengan pertanyaan begitu menggelitik mengingat cerita demi cerita. Terutama bagaimana pengabdian Bu Muslimah untuk pendidikan selama puluhan tahun hingga sekarang.
"Apa yang sudah kamu lakukan untuk negerimu, Tar?"
Bus melaju di tengah jalanan yang sepi. Saya meresapi pertanyaan itu dalam-dalam. Kantuk mulai menyerang walau kondisi saya belum mandi sejak pagi. Kebiasaan "tidak mandi" saat tiba di tempat tujuan pagi hari memang sudah mendarah daging. Selain ngirit waktu, hemat air, saya juga sayang bumi :D *ngeles.
Diantara sayup-sayup suara tour leader, saya merapal doa semoga kelak bisa menginjakkan kaki di Belitong dengan orang dan kondisi berbeda. Semoga semesta mengamini. Bukankah saat hujan adalah salah satu waktu paling makbul untuk berdoa?
Bu Muslimah, tunggu kedatangan saya di lain waktu. Terima kasih untuk beberapa jam yang sangat menginspirasi. Ibu tidak hanya menginspirasi Andrea, tetapi juga saya :)
Siang itu saya benar-benar tersihir sosok legendaris Laskar Pelangi, Bu Muslimah.
Salam,
@tarie_tarr
"Pengen ketemu Bu Mus eeeuyyyy. Pengen foto bareng beliau"
Foto keluarga :) |
Celetukan iseng itu terwujud berkat campur tangan dari Visca Tour. Agen perjalanan yang membawa kami hingga tiga hari ke depan. Sungguh tanpa bantuannya saya tak mungkin bisa bertatap muka dan mendengar cerita dari Bu Muslimah langsung. Terima kasih, Visca Tour :)
Rintik hujan masih mewarnai perjalanan kami selanjutnya. Entah kenapa hati saya begitu tenang usai berjumpa dengan Bu Muslimah. Ada semangat baru dengan pertanyaan begitu menggelitik mengingat cerita demi cerita. Terutama bagaimana pengabdian Bu Muslimah untuk pendidikan selama puluhan tahun hingga sekarang.
"Apa yang sudah kamu lakukan untuk negerimu, Tar?"
Saya dan Bu Muslimah |
Bus melaju di tengah jalanan yang sepi. Saya meresapi pertanyaan itu dalam-dalam. Kantuk mulai menyerang walau kondisi saya belum mandi sejak pagi. Kebiasaan "tidak mandi" saat tiba di tempat tujuan pagi hari memang sudah mendarah daging. Selain ngirit waktu, hemat air, saya juga sayang bumi :D *ngeles.
Diantara sayup-sayup suara tour leader, saya merapal doa semoga kelak bisa menginjakkan kaki di Belitong dengan orang dan kondisi berbeda. Semoga semesta mengamini. Bukankah saat hujan adalah salah satu waktu paling makbul untuk berdoa?
Bu Muslimah, tunggu kedatangan saya di lain waktu. Terima kasih untuk beberapa jam yang sangat menginspirasi. Ibu tidak hanya menginspirasi Andrea, tetapi juga saya :)
Anak-anak Gantong :) |
Siang itu saya benar-benar tersihir sosok legendaris Laskar Pelangi, Bu Muslimah.
Salam,
@tarie_tarr
ahhhh seneng banget bisa ketemu sama sosok real Ibu Muslima, ihh tournya asik gak cuma melihat tempat wisata tapi juga bertemu sosok penting
BalasHapusAlhamdulillah seneng banget, Mbak. Iyaa nih tournya asyik. Bisa merealisasikan request peserta :)
HapusSenangnya melihat ibu muslimah masih sehat dan segar. 3 tahun lalu saya juga berjumpa dengan beliau tetapi tidak di rumahnya melainkan di dalam kelas SD Muhammadiyah replika yang terkenal itu. Semoga ibu muslimah tetep sehat-sehat saja dan panjang umur karena beliau lah salah satu daya tarik Pulau Belitung 😉😉
BalasHapusAamiin. Semoga Bu Mus sehat dan bisa menjadi panutan semua guru di Indonesia, Belitong khususnya ya, Mbak :)
HapusNgiriii...super ngiriii sama dirimu yang sudah ketemu sama bu Mus..
BalasHapussemoga bisa kesana suatu saat..
Hahaha gak usah ngiri ngono toh, Nyah. Suatu saat ke sana bareng akuh yooo. bungsumu ini diajaakiiin :D
HapusHuaaaaaaa... seneng banget akhirnya bisa ketemu beliau. Beliau emang sosok luar biasa ya, Tar.. Aku juga sampai lupa nyatet dan ngerekam loh. Beneran tersihir ama kisah beliau. Sampe gak nyadar, kalo Lala udah naik duluan ke bis, hahahaha...
BalasHapusSemoga beliau selalu sehat...
Hahaha padahal awalnya Lala duduk manis sama akuh. Iyaaa aku tersihir beneran deh. Duduk manis anteng bisanya :D
HapusSeneng banget nih taro dapet momen emas yg takkan terlupakan bisa memeluk bu Muslimah☺☺☺
BalasHapusAlhamdulillah. Senengnnya nggak karuan, Mbak :)
HapusNapa mata ini jadi basah membaca tulisanmu, Tar? Ikutan tersihir dengan ibu Mus, meski lewat tutur tulisan ini. Semoga beliau diberikan kesehatan dan usia yang berkah, aamiin.
BalasHapusAamiin aamiin aamiin. Semoga beliau senantiasa sehat :)
HapusButuh tissue, Mbak? Aku nulis ini aja baperrrr
Pandangannya terhadap murid itu 2 langkah lebih maju dibanding rata2 guru.
BalasHapusBenar2 pilihan tepat utk bertamu di rumahnya, bisa dengar banyak cerita bermanfaat.
Iyak. Setuju banget, Om. Nggak salah deh ya requestanku pertama kali. hihi
HapusWuih jadi pingin ketemu bu Muslimah juga. Aku habis baca Edensor kemarin dan keinget sama perjalanan Ikal dkk.
BalasHapusHayoookk ke Belitong lagi :)
HapusAbis ketemu Bu Mus, aku malah pengen baca ulang Laskar Pelangi dan nonton filmnya lagi :)
Terima kasih ya Tari sudah usul ketemu bu Muslimah. Akhirnya kita bisa rame-rame berjumpa beliau di rumahnya. Tempat istimewa di waktu yang istimewa.
BalasHapusMakasih juga Visca Tour sudah memfasilitasi kita bertemu bu Muslimah :)
Hihi makasih juga mbaaakkk. Senang bisa ketemu Bu Mus yaaa :)
HapusSemangat baru :)
Bu Muslimah masih awet muda ya, mb Tari. Jadi inget guruku pas sd. Sekarang udah jarang ketemu. Semoga aja selalu sehat dan semangat seperti bu Muslimah. Mupeng sama belitung, aakk, masukin wishlist ah. Kapan2 semoga bisa ke sana kalo ada rezeki. Aamiin.
BalasHapusAamiin. Ayookkk nabung dan ke Belitong. Semoga berkesempatan ketemu Bu Mus :)
HapusIya, beliau masih ayu banget. Mungkin efek selalu berbahagia, tulus dan ikhlas dalam mengabdi ya
Ibu Muslimah tampak begitu sederhana dan bersahaja ya, persis seperti di novel. Semoga ada rejeki dan umur bertemu dengan beliau, aamiin.
BalasHapusAamiin. Mari menabung buat ketemu Bu Muslimah :)
HapusBener deh sederhana banget. Rumahnya juga tak kalah sederhana.
Sehat dan panjang usia ya bu Muslimah... semoga bisa berjumpa juga..
BalasHapusAamiin. Semoga berkesempatan berjumpa Bu Mus ya, Mbak Ima :)
HapusPas kesana 2 th lalu ga ketemu bu muskimah cm ke replika sekolahnya aja. Jalan2 dewe sih jd ga tau deh cari bu muslimah kemana hehehe...
BalasHapusHehehe ayookk ke Belitong lagi dan ketemu Bu Muslimah :)
HapusBeliau sungguh inspiratif :)
Trims Tari..jd serasa bertemu lgsg dg beliau nih.. :)
BalasHapusSama-sama, Mbak. Semoga menjadi pelipur batal ikut kemarin ya :)
HapusSenengnya.... Ho-oh, Tar... Kamu kalau ketemu aku norak, deh... Maunya wefie muluk.... Pissss
BalasHapusSenengnya kebangetan eeeuuyyy :D
HapusHahahaha iyooo yaa kok orak norak koyo pas ketemu Mbak Ira. Wkwkwk. Suk nek ketemu padahal arep norak-norak lagi looooh :p
Woooohhh pengen ketemu juga, moga panjang umur Ibu Muslimah, sehat selalu aamiin
BalasHapusSemoga bisa ketemu beliau ya, Mbak.
HapusAamiin semoga Bu Mus sehat dan panjang umur. Suwun doanya :)
Sangat menginspirasi, andai semua guru seperti beliau, Andai....
BalasHapusNgebayangin ulang bagaimana sulitnya Bu Mus saat menghadapi semua yg serba minim waktu itu ya dalam mendidik murid2nya. Luar biasa berkah ya tulisan Andrea Hirata bagi tempat kelahirannya. Berkah untuk Bu Mus juga.
BalasHapusok, gara2 baca tulisan ini jadi pengen baca ulang novel laskar pelangi
BalasHapusSaya dulu kelas 5-6 SD juga sekolahnya jelek, di tengah hutan karet, ke sekolah jalan kaki, kalau hujan nggak pake sepatu. Cuma sekolah saya dulu jauh lebih baik dari SD Muhammadiyah Gantong di atas. Meski langit-langit atap untuk sarang kelelawar dan kalau hujan bocor, SD saya dulu dindingnya beton dan meja-kursinya bagus-bagus.
BalasHapusHarus banyak bersyukur meskipun kita berkekurangan. Karena di tempat lain selalu ada yang lebih tidak beruntung dari kita.
Waktu aku ke museum kata juga gak sempat ketemu ibu Muslimah. Dan sama tour leader gak disebut2 nama ibu Muslimah. Ah, ternyata sosok beliau itu nyata adanya. zbl kzl.
BalasHapusBaca ceritanya aja sudah merinding dna haru, apalagi bisa ikutan kesana jeh...
BalasHapusBaru tahu, ternyata mbak Tari ya provokator dr ide "nyeleneh" utk ketemu sama Bu Mus...terima kasih ya mbk udah berkunjung kemari dan promosiin Belitung di blognya ini.
BalasHapusAlhamdulillah bisa kesampaian ketemu bu mus, makasih taro, mas hari dan visca tour make it happen :)
BalasHapusBu mus ... love u, kangen ngobrol2 manja sambil ngopi lagi hehehe
BalasHapusBabang sangka ibu mus ini karakter fiktif eh gak taunya emang nyata
BalasHapus