“Tar, buku segini banyak
mau diapain?”
“Ini semuanya udah
dibaca, Tar? Buseeetttt dah berapa lama tuh bacanya. Aku sebiji aja kelarnya
lama”
“Tari kalau diajakin
nongkrong di cafe pasti butuh rayuan ekstra. Beda kalau ke toko buku, pasti langsung
semangat ngibrit”
Mempunyai koleksi buku yang “lumayan” seperti sekarang sungguh di
luar ekspetasi. Untuk urusan buku aku memang nggak tanggung-tanggung, bahkan
bisa dibilang suka khilaf bin kalap. Entah itu buku diskonan atau harga normal,
selama masih dalam koridor “aman” di kantong tetep diangkut. Hihihi. Saking hobinya
beli buku beberapa teman sudah maklum kalau di tas selalu tersedia satu buku
bacaan. Kala bepergian buku adalah barang yang wajib dibawa. Ya, inilah caraku
untuk menikmati hobi. Walau menambah beban di tas tapi ada kepuasan tersendiri.
Hingga suatu kali sempat tercetus ide dan mimpi absurd. Kelak aku ingin mempunyai sebuah perpustakaan atau taman baca. Woha! Keren sekali kedengarannya, ya? Apalagi beberapa teman sudah membuka perpustakaan atau taman baca. Doh, jadi ngiler deh. Terbayang-bayang bagaimana serunya acara membaca bersama, mendongeng, menggambar dan berbagai kegiatan lain. Aha! Waktu bersama anak-anak itu memang menyenangkan :D
![]() |
Ini bukan pencitraan tapi mau dibaca tante malah direbut. Keren kan bocah 2th udah minat ke buku :) |
Mimpi akan terus menjadi sebuah mimpi jika kita tak berusaha
menggapainya. Aku
tahu untuk mewujudkan taman baca atau perpustakaan butuh kerja keras. Apalagi
pangsa pasarku adalah anak-anak. Bukan hal mudah. Terkadang aku cuma bisa
tersenyum maklum kala tumpukan buku di rumah berdebu. Hanya tersentuh saat aku
mudik. Itupun oleh ponakan dan beberapa
anak tetangga.
Beberapa buku koleksiku memang sengaja aku taruh di rumah. Aku ingin anak-anak di
lingkungan melek tentang buku. Siapa
tahu kelak aku bisa mendirikan perpustakaan atau taman baca di sana. Siapa
tahu? Bukankah mimpi yang diramu
dengan doa, usaha dan niat tulus serta ikhlas akan lebih banyak terwujud? Di bawah
alam sadarku, mimpi ini selalu tersemat rapi. Setiap hari kuyakinkan diri bahwa
kelak aku bisa mewujudkan mimpi ini. Aamiin. Dan sekarang aku baru memulainya
dengan menyediakan buku-buku di rumah.
Usahaku mengenalkan buku
di kampung belum berbuah manis. Bahkan bisa dibilang masih terseok-seok.
Apalagi aku hanya sebulan sekali mudik
dan bapak ibu juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Belum ada orang yang bisa full mengurus buku-buku
ini. Aku nggak sedih dengan kondisi seperti ini. Aku sepenuhnya maklum, bahwa
jika ingin mencapai sesuatu wajib hukumnya untuk fokus pada bidang itu.
Sedangkan aku baru sebatas menyediakan, belum mengurus hal ini secara serius.
Seringkali aku termenung memikirkan beberapa hal. Benarkah dengan
tersedianya perpustakaan atau taman baca akan menarik anak-anak? Bagaimana respon
orang tua mereka? Dan hal yang masih dan paling mengganjal adalah bagaimana cara
mengembangkan minat baca pada anak. Kita sendiri sadar bahwa gadget semakin canggih, semua hal bisa
dilakukan dengan mudah. Bahkan semakin ke sini tanpa disadari kita telah
dikuasai oleh gadget. Saya salah satu
diantaranya. Lalu bisakah kita mendampingkan keduanya tanpa ada perlakuan
berbeda?
Aku sadar harus merubah pangsa pasar. Walau tujuannya tetap
pada anak-anak. Tapi aku harus merubah medianya. Orang tua. Ya, orang tualah
yang akan menjadi perantara. Bersyukur sekali lingkungan tempat domisili
sementara saat ini sangat kondusif. Rata-rata orang tua mempunyai respon
positif saat aku iseng survey kecil-kecilan. Tapiiiiii....pikiranku langsung
melayang pada kampung halaman dan beberapa tempat yang maaf dibawah marginal. Akankah
respon mereka sama? L
Apa yang aku mulai harus aku selesaikan. Walau aku tahu
entah kapan selesainya perjuangan ini. Sekarang aku baru bisa merambah di
kalangan teman-teman komunitas. Biarlah buku-buku di kampung dibaca dan
digunakan tepat seiring berjalan waktu. Bergabung di berbagai komunitas
terutama IIDN Semarang membuat kecintaan terhadap buku bertambah. Kala
kopdar agenda wajib adalah saling pinjam buku. Alhamdulillah buku aku termasuk
laris. Hihi. Yeay! Walau kini pangsa pasar berubah ke emak-emak. Tak mengapa.
Hal terpenting adalah aku berhasil mendekati emak-emak pecinta buku ini. Setidaknya
koleksi bukuku nggak cuma ngendon di
rak. Buku-buku
itu terlebih dulu bersilaturahmi ke rumah teman-teman.
Aku sadar langkah kecil ini belum mempunyai andil besar.
Apalagi sebagian besar peminjam adalah para pecinta
buku. Sedangkan mengenalkan budaya membaca pada mereka-mereka yang notabene
bukan pecinta buku adalah sebuah PR. Alhamdulillah kini ada peminjam baru. Tak hanya teman
komunitas tetapi juga rekan kantor dan beberapa teman baru. Senangnya nggak
karuan. Aksi ngocehku tentang koleksi buku mulai membuahkan hasil. Perlahan
tapi pasti sudah ada peminjam tetap.
![]() |
Ibu cantik dan baik yang suka pinjem buku |
Teman kantor yang menjadi peminjam setia adalah Bu Syelvi dan Bu Endah. Beliau berdualah yang setia aku recokin.
Mempromosikan secara berbusa-busa tentang beberapa koleksi buku yang ada. Aha!
Kena deh jebakannya. Aku kagum dan jingkrak-jingkrak loh koleksiku ada yang
diminati beliau berdua. Hehe piiss :D
![]() |
Lekas sehat ya, Bu. Semoga bukunya menghibur :* |
![]() |
Bu Dokter nun ramah dan baik hati :) |
Usahaku menularkan minat baca disambut baik oleh Mbak Lulu.
Sesama relawan di Kelas Inspirasi Semarang 1. Awalnya aku mengira Mbak Lulu
meminjam buku untuk konsumsi pribadi. Eh, ternyata malah dibawa ke rumah sakit tempatnya bekerja. Alhasil buku-buku itu
dibaca juga oleh para perawat! Rasanya mak ceessss. Ada haru dan bahagia
bercampur jadi satu. Semoga buku-buku itu memberi manfaat untuk Mbak Lulu dan
rekan kerjanya. Sudah
tiga kali loh kami melakukan transaksi tukar menukar buku. Mbak Lulu
mengembalikan dan aku menggantinya dengan buku baru. Horeeee!
![]() |
Wohaaaa...pada asyik sekali. Kagak ada pasien ya? :D |
Relawan lain yang menjadi korban adalah Mbak Putri. Saat
kopdar aku menghasutnya dengan sebuah buku. Tau gimana hasilnya? Yes! Berhasil!
Hihihi. Ditunggu kelanjutan transaksi pinjam meminjamnya, ya, Mbak. Aku rela
deh nganterin ke kosmu asal ada sesajennya :p
![]() |
My partner in Kelas Inspirasi Semarang 1, Mbak Putri :) |
Lalu apakah niatku untuk menumbuhkan minat baca pada
anak-anak berhenti? Jawabannya tidak! Seperti yang telah aku sampaikan
sebelumnya bahwa aku mencari perantara yang tepat. Mendekati orang tua atau
para calon orang tua.
![]() |
Si Emak pecinta buku. Tingkiyu udah jadi peminjam setia, Mak :) |
Aku punya alasan tersendiri mengapa merubah pangsa pasar
anak-anak menjadi orang dewasa. Sejauh mengamati, orang tua yang gemar membaca
akan menurun pada anaknya. Sebut saja Alde dan Nai, dua krucils Mak Dewi Rieka
yang hobi membaca. Beberapa kali traveling bareng, buku bacaan adalah bawaan
wajib. Kedua bocah itu akan mengeluarkan bukunya kala senggang. Entah itu di
mobil atau saat istirahat. Ada juga Vivi dan Faris, buah hati Mak Uniek
Kaswarganti. Kedua bocah ini juga doyan membaca. Nggak usah ditanya lagi.
Bahkan Faris enggak mau bangun kalau belum dibacakan buku. Woho! Keren! Belum lagi
dua gantengnya Mak Atiek Puji Astuti yang gemar banget diajakin nongkrong di
perpustakaan daerah. Masih banyak anak-anak yang aku kenal dan mereka semua
doyan baca. Dari kesemuanya aku kenal betul, emak bapak mereka nggak bisa hidup
jauh dari buku.
Anak adalah peniru ulung. Mereka akan melihat, mengamati dan
meniru apa yang menjadi kebiasaan orang tuanya. Dari
orang tualah kebiasaan membaca itu dipupuk. Selain itu lingkungan juga
mempunyai pengaruh dan andil besar terhadap minat baca. Jaman gadget begini anak akan lebih mencintai
games daripada buku bacaan. Belum
lagi jika teman bermain mereka nggak suka buku. Akan lebih gampang terpengaruh
untuk bermain internet dibanding baca buku. Lingkungan memang mempunyai peran
penting tapi orang tua tetap jadi tonggak utama.
![]() |
Si Ganteng Faris bangun tidur udah asyik baca buku :* |
Kala anak teman ulang
tahun aku lebih suka memberi kado buku. Selain simple dan praktis, ini adalah usaha lain mengenalkan buku dan
menumbuhkan minat baca. Memang aku masih ragu,
akankah buku ini hanya menjadi pajangan atau memang dibaca. Tak mengapa. Hal terpenting
adalah ada kado berbeda. Semoga mendapat perhatian berbeda pula untuk
penerimanya.
Saat berkunjung ke rumah teman, beberapa kali aku diminta
anaknya membacakan buku. Wohaaaa senengnya nggak karuan. Tanpa babibu aku
langsung menyambut tawaran itu. Itung-itung melatih kemampuanku mendongeng dan
bercerita donk ya. Selalu ada modus di dalamnya. Hahaha. Selain itu aku ingin
mendapatkan tempat di hati mereka. Suatu saat jika aku berkunjung akan ada
sambutan dan rengekan hangat, “Tante, aku pengen dibacain buku”
Usahaku memang baru sebatas ini. Belum mampu seperti kiprah orang-orang yang mengagumkan itu. Aku tahu dan sadar apalah arti semua kiprah ini. Aku hanya ingin menjadi perantara, biar kerenan dikit bolehlah disebut agen. Agen Cinta Buku. Walau aku juga masih berjalan dan bergandengan bersama perantara lain yaitu orang tua dan para calon orang tua. Aku, seorang perantara yang ingin menularkan kebiasaan dan semangat membaca. Bahwa membaca itu menyenangkan, ada banyak ilmu dan hal baru yang bisa ditemui. Menjadi agen tak harus saat kita telah mampu tetapi memulai dengan apa yang ada saat ini jauh lebih tepat. Tak perlu ragu dan malu, selama berada di koridor kebaikan hayuklah dijabanin.
Salam,
@tarie_tar
Aku.... aku salah satu peminjam setia bukumu, hihihi
BalasHapusMatur tengkyu udah jadi peminjam setia, Mak. Kali aja ntar aku bisa bikin award. hihihi :D
HapusWah keren mbak! Saya juga berharap perpustakaan kita makin banyak dan anak-anak kita dari kecil sudah dibiasakan membaca jadi sampai gede mereka akan terus hobi baca buku :D Salut banget buat usahanya Mak! Sukses ya.
BalasHapusAamiin aamiin aamiin. Makasih supportnya, Mak. Mohon doanya yaaa. Takutnya ndak bisa konsisten alias mandek ditengah jalan. Inilah tantangan terbesar.
HapusYup. Sekarang kayaknya perpus ndak begitu banyak peminat. Enakan gugling pake gadget aja. Huhu :(
Terimakasih atas partisipasinya. Telah dicatat sebagai peserta :)
BalasHapusSama-sama. Sukses untuk GA-nyaa :)
HapusMasha Allah. Semoga jadi ladang pahala buat Taro. In shaa Allah.
BalasHapusira
www.keluargapelancong.net
Aamiin aamiin aamiin. Doakan istiqomah ya, Mbak. Akan kugunakan pesan dari Mbak baik-baik :)
HapusHihiiii...lupa belum ngembaliin bukumu ya Tarooo <3
BalasHapusEh Milzam jugak suka banget baca buku, sayang Naufal baru baca sebatas komik, yess
Buku yang mana toh, Mbak? Ntar bulan depan yow pas kopdar. Kalau ndak lupa. Hihi. Ndak apa-apa baru sebatas komik, yang penting kan udah suka dulu. Mau aku tulis nama anaknya semua emak udah lieur eeeyyy :)))
HapusSemangat terus jadi agen cinta bukunya... Keren lho, perjuangannya. Aku juga punya background yg relatif mirip di kampung halamanku, & jarang pulang. Jadi mimpi untuk menularkan virus baca disana masih tertahan dulu...
BalasHapusMakasih, Mak atas semangatnya. Doakan bisa istiqomah yaa :)
HapusAyokk semangat juga. Selagi niat terpatri kuat In shaa Allah bisa. Ndak ada yang ndak mungkin kok :)
Jadi inget bukumu yang kupinjam belum kubalikin hihihi, pengen pinjem buku lagi ahhh
BalasHapusLho emang bukuku masih ada di Makmi? Kita jarang jumpa eeuuyyy. Kangen sama duo krucilsmu :*
HapusColek aja kalau mau pinjem buku. siap bawain daaah
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswaaah... ini sih benar2 menularkan minat membaca pada semua org nih... :)
BalasHapusAamiin aamiin aamiin. Doakan tetep istiqomah ya, Mak. Suwun udah mampir :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapustulisan yang bagus! suka sekali bacanya, Taro!
BalasHapusterus semangat jadi agen buku yaaa..
Makasih banyak, Kakak. Doakan tetep istiqomah yaaa :*
Hapus