Judul
Buku : Dandelion
Penulis : Iwok
Abqary
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit : 2014
Tebal
Buku : 200 Halaman
Kalau
sebelumnya penulis membuat novel romance yang bikin termehek-mehek. Kali ini
penulis kembali lagi membuat pembaca menahan napas. Dengan cover unyu seger yang bikin gemes dan penasaran. Tatanan kata yang apik dan
runut sungguh menggiring pembaca untuk menuntaskan novel ini hingga akhir.
Penulis
menuliskan kisah cinta anak SMA. Mungkin klasik terdengarnya. Paling kisah
cinta anak SMA gitu-gitu aja. Banyak yang bilang cuma cinta monyet. Eits jangan
berprasangka dulu donk sebelum baca bukunya.
Sosok
Ganesh dan Yara dikisahkan harus berpisah sesaat setelah pesta kelulusan tiba.
Yara harus mengikuti ego orang tuanya untuk kuliah di Singapura, sedangkan
Ganesh harus melanjutkan hidup bersama sang ibu di Bandung. Mereka memang
berasal dari latar belakang yang berbeda. Itulah yang membuat Ganesh melepas
ikhlas saat Yara harus kuliah di luar negeri.
“Terkadang senja mengingatkan pada
rumah, pada orang-orang yang membuat hati kita rindu untuk pulang”
Sosok
Bryan hadir saat Yara sedang patah hati. Dengan sabar Bryan berhasil membuat Yara
membuka lembaran baru bersamanya. Sedangkan di tanah air, sosok Laras hadir
menemani hari-hari Ganesh. Dialah orang yang terus mendorong Ganesh untuk
menerbitkan novel. Di dua tempat berbeda, luka yang sama, dengan lembaran kisah
yang berbeda pula.
Ending
novel ini bisa ditebak saat dikisahkan Yara bertemu dengan Bryan. Sedangkan
Ganesh dengan Laras. Hanya saja penulis mampu mengecoh pembaca untuk
menuntaskan novel ini. Dengan menyuguhkan kisah Ganesh yang sukses dengan novel
perdananya yang bikin ngiri setengah mati. Bagaimana jungkir baliknya Yara
setelah membaca novel Dandelion. Mencari kejelasan bagaimana hubungan mereka.
Novel
ini juga menyiratkan pesan bahwa “menulis itu harus dengan hati dan cinta”. Tertulis
jelas di percakapan antara Ganesh dan sang editornya. Bukan semata kisah cinta
monyet anak SMA tapi bagaimana cara Yara dan Ganesh berpikir memang bikin
melongo. Kalau kita mungkin hanya bisa nangis bombay sampai mata bengkak.
Suka
banget sama setting novel ini. Penggambaran suasana kota Singapura sungguh
jelas. Jadi makin penasaran ingin berkunjung ke negeri singa tersebut. Sebanding
dengan itu, penggambaran kampong Ganesh juga gamblang. Kehidupan desa yang
sekarang dirindu oleh banyak orang. Masalah penulisan, novel ini sama sekali
nggak ada typo. Hebat! Sepuluh jempol buat penulis. Masih berharap ada
kelanjutan novel ini. Pertemuan Yara dan Ganesh masih menyisakan rasa
penasaran.
yiaay ... makasi Tary atas resensinyaaa ... ^_^
BalasHapusSama-sama, Kang. Semoga berkenan yaa. Utangku tinggal satu yang Laguna. Wait :)
Hapus