Judul
Buku : Lupita : Lu Pikir Gua Pengemis Cinta!
Penulis : Dian
Kristiani
Penerbit : Bhuana
Sastra
Tahun
Terbit : 2013
Tebal
Buku : ix + 282 halaman
ISBN
10 : 602-249-393-5
ISBN
12 : 978 -602-249-393-8
Membaca
novel ini seperti melihat gambaran diri sendiri. Dikejar-kejar buat nikah tapi
pasangan belum ada. Gimana rasanya? Nggak cukup kalau diungkapkan dalam satu
dua halaman aja deh! Hihihi.
Lupita
: Lu Pikir Gua Pengemis Cinta! Novel romance kocak yang pertama kali saya baca.
Sosok Lupita digambarkan sebagai seorang gadis “pemilih” dalam hal urusan
jodoh. Hmm..padahal jodoh kan udah disediakan ya, nggak bisa milih bak belanja
di supermarket. Tipe pemilih dan tiap hari dijejali pertanyaan “kapan menikah”
dari sang Mama, membuat Lupita risi dan gerah. Secara umur baru 22 tahun gitu
loh. Masih muda buat berkarya dan membahagiakan orang tua.
Belum
lagi jika mengenang masa lalu kelam yang membuat Lupita meradang. Ya, Lupita
lahir tanpa sang Papa di sisinya. Konon namanya pun tercetus saat mama
melahirkan. Unik, bukan? Hal itu juga yang membuat Lupita bersikeras ingin
punya suami bule. Baginya cowok lokal itu nggak setia! Saking kuat tekat Lupita
dapat cowok bule, dia rela pacaran di dunia maya dengan Phil. Gila nggak tuh?
Padahal ketemu aja belum, ngobrol cuma via skype doank. Hebat! Bahkan Lupita
rela menabung dollar demi bertemu Phil. Eeehh…hendak berangkat tuh bule malah
ngumpet, nggak bisa dihubungin sama sekali. Lupita patah hati!
Ternyata
supplier karton di kantor Lupita itu (mantan) cowok yang naksir dia zaman SMP.
Bisa dibayangin gimana bahagianya Kian bertemu cinta pertamanya? Hampir tiap
hari sosok Kian menyambangi kantor Lupita, entah urusan pekerjaan atau sekadar
say hello semata. Bukan bermaksud tepe-tepe loh, wong Kian juga udah punya
istri yang luar biasa cantik. Bagi Lupita sosok Kian tak lebih partner kerja
dan sahabat. Kuping Kian selalu siap mendengar suka duka Lupita.
Tekat
Lupita mendapatkan cowok bule belum juga padam. Hingga akhirnya dia bertemu
sesosok Corey, buyer baru dari Australia. Sejak meeting pertama pikiran Lupita
menggembara entah ke mana. Corey adalah prince charming bagi Lupita. Hingga
terjadilah insiden “kopi dingin”. Hihihi. Gagal fokus gara-gara terpesona
ketampanan Corey.
Penasaran
gimana kelanjutan kisah Lupita, Corey dan Kian? Wajib intip bukunya!
Sepuluh
jempol buat penulis buat novelnya. Novel romance komedi yang sukses menyita
waktu tidur saya. Penasaran banget gimana endingnya. Sebenarnya bisa ditebak
saat muncul Kian. Sesosok cowok yang
didaulat sebagai mantan pacar Lupita sewaktu SMP. Hanya saja cerita yang apik
ini bikin saya lupa bahwa endingnya bisa ditebak. Yakin! Bahasa yang renyah dan
mengalir mengajak saya mengikuti novel ini hingga akhir. Seperti biasa ciri
khas sang penulis, di novel ini juga terselip hal-hal kocak yang bikin
ngikik-ngikik.
Setting
kota Surabaya membuat novel ini berbeda ditengah maraknya novel bersetting luar
negeri. Perusahaan kayu sebagai tempat Lupita bekerja sejenak mengingatkankan
saya pada buku BOG. Wah, jangan-jangan novel
ini terinspirasi kisah nyata. Di mana penulis dulu pernah menyandang gelar
“orang kantoran”. Penonjolan makanan lokal, walau tak banyak juga terselip di
novel ini. Ah, cerdik sekali! Banyak hal-hal yang tidak bisa ditebak. Seperti
kisah tentang panti jompo. Hal yang akhir-akhir ini tak pernah muncul di
permukaan. Saya juga mendapat pelajaran baru mengenai budaya Tionghoa. Selama
ini belum pernah menemukan novel dengan pembahasan proses kematian (kremasi)
secara detil.
Ada
beberapa kalimat di novel yang memang pantas dijadikan sebuah quote. Bikin saya
klepek-klepek tiap kali membacanya. Suka banget! Diantaranya nih :
"Dalam kehidupan ini,
ada yang namanya kompromi" (Hal 159)
“Makbo rasa, cinta
bukan lagi ukuran muttlak. Rasa gembira dan saling memiliki, itu yang lebih
penting” (Hal 234)
“Perkawinan itu sebuah
kompromi. Kita tidak bisa mengubah pasangan kita, yang bisa kita lakukan
hanyalah berkompromi dengan semua sifat dan kebiasaannya” (Hal 237)
Novel
ini nyaris tanpa typo. Tapi, ada beberapa yang ingin saya beri sedikit komen.
“Jelas urusanku
dong, kita kan teman? Kita udah berteman sejak SMP, dan jangan
lupa. Kita dulu pacaran, kan?” sahut Kian sambil sibuk mencongkeli isi
hidungnya. (Hal 11)
Siang ini, cuaca Kota
Surabaya panas sekali. Tiga puluh delapan derajat celcius, itu angka yang
tercantum di thermometer berbentuk Merlion berwarna perak yang kutempel di
dinding ruang tengah kantorku yang tak dipasangi AC. (Hal 49)
Untuk
kalimat di halaman 11 menurut saya salah peletakan tanda baca koma dan
titik. Saya mencoba mengubah peletakan tanda baca seperti di bawah ini :
“Jelas urusanku dong,
kita kan teman? Kita udah berteman sejak SMP. Dan jangan lupa, kita dulu
pacaran, kan?” sahut Kian sambil sibuk mencongkeli isi hidungnya.
Sedangkan
kalimat di halaman 49 menurut saya terlalu panjang sehingga agak ngos-ngosan
saat membaca. Ada kalimat yang saya hilangkan, hasilnya seperti ini :
Siang ini, cuaca Kota
Surabaya panas sekali. Tiga puluh delapan derajat celcius! Itu angka di
thermometer berbentuk Merlion berwarna perak di dinding ruang tengah kantorku
yang tak dipasangi AC.
Nothing’s
perfect. Manusia tak pernah luput dari kesalahan. Yang terpenting bagaimana
belajar menyikapi kesalahan tersebut. But, novel ini memaksa dan mengajarkan
saya untuk belajar “kompromi”. Menyadarkan saya bahwa apapun niat dan tujuan
kita akan berdampak ke orang lain. Yap, jangan egois dan wajib kompromi!
Lupita emang emejing, cintanya pada sang Mama luar biasa :)
BalasHapusJadi... sama dong, membayangkan mb Dian main comot karakter teman kantor dan klien perusahaan xixixi
BalasHapuspinjaaaam....
BalasHapus