Judul
Buku : I’m (Not) Perfect
Walaupun Tidak
Sempurna, Perempuan Tetap Bisa Bahagia
Penulis : Dian Kristiani
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit : 2013
Tebal
Buku : 153 Halaman + vii
Menjadi perempuan sempurna, siapa yang tak mau?
Menjadi perempuan tak sempurna, itu manusiawi. Sedangkan bahagia, itu absolute.
Jadi, perempuan, please…jangan tergantung orang lain dalam menilai diri kita.
Dan perempuan, please…jangan suka menghakimi kaummu sendiri. We are not in the
same shoes! Perfect or not perfect, still, we are women.
Begitulah kira-kira bunyi paragrap terakhir sekapur
sirih Cece Dian Kristiani. Baru membaca judulnya, aku udah merasa cocok dengan
buku ini. klop begitu ceritanya. Klik!
Apalagi
Cece memberi wejangan di depan, “We’re
not perfect, but we can be the best”. Komplit deh. Semakin penasaran sama buku ini.
Kali ini Cece Dian
alih profesi, eh tepatnya geser bentar dari dunia anak-anak dink. Beliau yang
suka ngocak bikin cerita di buku ini makin khas. Sederhana dan ringan. Tapi
sarat makna.
Kumpulan kisah, tepatnya curhatan sehari-hari
terangkum pas di buku ini.
Kita sebagai perempuan tak pernah lepas
dari yang namanya gosip. Entah itu apa, ketika ngumpul pasti jadi bahan gosip.
Apalagi jaman semakin canggih, nggosip bisa via BBM, twitter, facebook,
whatsapp, line, dkk. Well, mau nggak ngaku? Hehehe…pernahkah seharian diam
tanpa melakukan aktivitas?
Who’s perfect? Nobody… Saat kita dicemooh orang lain
tentang kekurangan, pasti ada rasa sakit hati. Apalagi kita seorang perempuan,
dianggap sempurna ketika kita bisa melakukan sesuatu dengan sempurna pula. Wow!
Wonder woman!
Dari sekian cerita,
semuanya aku setuju. Semuanya ada di sekitar kehidupanku sehari-hari. Dan
beberapa cerita memang pas banget. Setidaknya aku bisa berpikir saat akan memutuskan
sesuatu. Walaupun tidak sekarang, setidaknya nanti ketika tiba saatnya. Misal, aku calon working mom. Bisa jadi
referensi, nggak melulu pusing mikirin ntar gimana. Bla...bla...bla...
Semua cerita di
buku ini sangat berkesan. Tapi tentu dari sekian ada donk ya yang paling
berkesan. Yups. Aku sangat terkesan dengan cerita “Perawan Tua”. Memang sampai
sekarang aku masih single dan umurku belum menginjak seperempat abad. Masih dua
tahun lagi. Tapi jangan salah, sebagai orang ndeso, umur segini udah
diuber-uber buat merit. Bukan apa dan aku juga tak menyalahkan orang tua jika
tiap pulang nikah jadi bahasan wajib. Beliau takut aku jadi perawan tua.
Apalagi rekan sekolahku satu per satu sudah mulai melepas masa lajangnya.
Huhuhu. Sedih kalau liat ortu kepikiran. Tapi mau gimana? Memang belum ada yang
cocok :(. Memang sih kalau di kota besar seusiaku masih heboh
kuliah, cari kerja, dll. Tapi balik lagi, aku orang ndeso. Aku lahir dan
dibesarkan di desa. Akan sangat sulit jika dibandingkan dengan orang kota. Paling
banter aku cuma bisa tersenyum dan minta didoakan. Semoga jodohku disegerakan.
Aamiin.
Hal paling
menyedihkan adalah saat orang di sekitar kita sering bertanya hal sama.
Bukannya ngasih semangat tapi malah bikin down :(. Membandingkan dengan sesama temanku yang udah punya pasangan. Minimal mereka
punya target menikah kapan, dengan siapa. Jangan salah dulu aku juga punya
target merit kapan. Insya Allah. Usiaku masih segini, apa salah kalau aku masih
suka menimbang? Apa salah saat aku masih suka haha hihi kluyuran sana sini? Apa
salah aku masih mencari orang yang tepat dan sreg di hati? Bukankah menikah itu
akan digunakan sampai akhir hayat?
Suatu hari ada
rekan kantor bilang, “kamu nyari pacar yang udah punya jabatan sih. Kaya si A
kan?” Glek. Aku syok! SIGH. Bisa-bisanya ngomong kaya gitu dengan santai kaya
di pantai. Pernah ada yang bilang aku orangnya terlalu pemilih. Pasang target
terlalu tinggi lah. Hei, bukankah jodoh itu urusan Tuhan? Kalau toh sampai
sekarang aku belum menemukan, bukan berarti aku nggak laku. Bukan berarti aku
akan jadi perawan tua. Aku percaya Tuhan masih menyimpan jodohku dan akan
memberikannya ketika aku siap.
Buku ini cukup
memberi pencerahan bagiku. Cerita ringan dan mudah dicerna. Biasalah aku bukan
tipe pemikir, aku kan sukanya yang ringan-ringan sajah. Xixixixi. Aku dulu
sering sedih, melli guslow, eh mellow, gara-gara dianggap nggak laku, sekarang
slow sajah. Take it easy. God, always give the best a way for every person.
Just follow this flow. Pray hard and do the best :)
Kalau ngomongin
kekurangan, aku jadi bingung apa kurangnya buku ini. Bukan berarti karena aku
ngefans sama penulisnya, lho. Hihihi. Buku ini kurang tebel, kurang banyak
ceritanya. Semoga ada buku lanjutan, yak. I’m not perfect jilid II dan
jilid-jilid selanjutnya. Atau lagi bikin kumpulan kisah I’m not perfect. Hihihi.
Mau deh ikutan *modus :p
Ce Dian, teruslah
berkarya. Aku suka karya-karyamu walau belum semua buku bisa kebeli. Huhuhu.
Tapi kalau dikasih mau dink. Terus menginspirasi hingga akhir hayat. Setiap
orang punya ciri khas. Dan aku suka ciri khasmu. Ringan dan tajam. Tapi nggak
setajam silet, lho. I love you more, Cece :*
Tidak ada komentar